Interview With Bedchamber , An Indie Pop Unit From Jakarta | Article by Indie Accent

INTERVIEW WITH BEDCHAMBER , AN INDIE POP UNIT FROM JAKARTA


Bincang-Bincang Seru dengan bedchamber, Kuartet Indie Pop asal Jakarta.

POSTED BY: DELINO BARID ● 2663 DAYS AGO

Unit indie pop asal Jakarta, bedchamber (ya benar, penulisannya memang seperti itu, tanpa kapital) selalu berhasil membuat saya penasaran. Band besutan Kolibri Rekords yang anggotanya terdiri dari Ratta Bill (Vokal/Gitar), Abi Chalabi (Gitar), Smita Kirana (Bass), dan Ariel Kaspar (Drum/Vokal) ini bertemu pada sebuah pameran seni yang mereka ikuti pada tahun 2013. Lewat pertemuan itu, mereka memutuskan untuk membentuk sebuah band indie pop karena merasa memiliki selera musik yang sama.

Unit bedchamber telah merilis dua EP. EP pertama bertajuk “Perennial E.P” pada September 2014 dalam format cakram padat dan EP kedua berjudul “Portside EP” yang berkolaborasi dengan band asal Surabaya, Cotswolds pada Oktober tahun lalu dalam format kaset.



Image from lh3.googleusercontent.com

Di atas panggung, bedchamber tidak banyak bicara, mereka memanfaatkan durasi dengan memainkan set-set yang intim dan khusyuk. Mungkin bedchamber sedikit canggung saat berbicara di depan publik. Namun, mereka adalah pribadi yang seru dan humoris ketika diajak bertukar pikiran secara langsung. Tak jarang, Abi mengeluarkan lelucon-lelucon satir demi mencairkan suasana.

Ditemui diperhelatan Submit Your Band Showdown yang diadakan We The Fest, kami berkesempatan untuk mewawancarai mereka. Kami berbincang-bincang mengenai fokus bedchamber saat ini hingga tanggapan dan harapan mereka pada skena lokal. Langsung saja simak perbincangan seru kami dengan bedchamber di bawah ini!

Bagaimana awalnya kalian bisa ikut Submit Your Band ini?

Abi: Jadi ceritanya gini, kita pengen bahagiain audio engineer kita, Rijal Hamdi. Dia suka The 1975 kan, nah yaudah kita ikutan biar ada rasa solidaritasnya, bisa nonton bareng gitu.

Ratta: Jadi waktu itu kita tour dari Malang ke Bandung dan si Rijal itu duduk di depan, jadi navigator. Selama 12 jam perjalanan dia nyetel The 1975 terus gak diganti-ganti. Gue sampe bilang “Eh Jal ganti dong”, terus kata dia “Nggak ah gue suka banget nih, gue suka banget”. Terus tiba-tiba The 1975 bakal main di We The Fest ini, Rijal langsung bilang “Aduh rat gue pengen nonton nih, submit dong, submit.” Akhirnya kita submit, dan terpilih di 10 besar ini.

Apa pendapat kalian tentang diadakannya acara Submit Your Band ini? Ada pengaruhnya tidak ke skena lokal?

Ratta: Ya nggak ada salahnya sih.

Abi: Tetep bisa seru-seruan bareng, seru kok seru.

Ratta: Jujur gue kaget sih pas liat 10 band terpilihnya dan itu ada Beeswax, terus ada Arc Yellow, ada Pijar, ada Gizpel, ada Circarama juga. Hal-hal yang nggak gue expect untuk ada di We The Fest ternyata bisa kepilih. Mungkin disitu ada pro kontra, cuman gue ngeliatnya seru aja sih.

Smita: agian untuk klien ini bagus karena dia bisa bikin pre-event tanpa bayar orang.

Influence bedchamber itu siapa sih?

Ratta: Semua album DIIV dan demonya, semua album Beach Fossils dan demonya dan track-track yang nggak pernah dirilis, semua album Wild Nothing.

Abi: Ya band-band Captured Tracks sih intinya.

Ratta: Tapi selain band-band yang tadi udah disebutin, ada lagi lingkaran lebih besar bernama blink-182.

Smita: Radiohead – Radiohead!

Abi: Ya sebenernya sih kaya Diagram Venn sih, pertama Captured Tracks, terus blink-182, terus Radiohead-nya kecil, nah tengah-tengahnya itu bedchamber.

Punya rencana merilis album tahun ini?

Abi: Rencana sih ada, setiap tahun kita punya rencana rilis album.

Smita: Ada target sih.

Ratta: Tahun ini mau ngelarin rekaman sih. Terus awal tahun depan kita mulai ngurusin branding, artwok, terus video klip segala macem. Ya post-production lah. Harus kaya gitu atau nggak ada sama sekali.

Materi lagunya baru semua atau ada yang dari Perennial EP juga?

Bedchamber: Full baru semua.

Abi: Nggak akan ada yang namanya Perennial 2K17 lah.

Smita: Nggak bakal ada special edition, remastered juga nggak bakal ada. Tapi kalau japan edition gue nggak apa-apa sih hahaha.

Proses rekamannya rencananya bagaimana? Home recording lagi?

Ratta: Belum kepikiran, yang jelas nggak bakal home recording lagi. Harus serius.

Ariel: Paling buat guide doang kalau home recording.

Smita: Iya paling buat sketsa gitu.

Ada rencana kolaborasi dengan musisi lain di album baru nanti? Disalah satu track misalnya?

Abi: Ya bisa sih, tapi…

Smita: Belum tau sih, belum ada gambaran, kalau kepikiran seru sih.

Abi: Lagunya udah ada sih tapi belum kepikiran untuk featuring-nya.

Ratta: Karena lagunya belom ada juga jadi belom kepikiran siapa.

Menurut kalian, lagu-lagu baru yang sudah pernah dinyanyikan live sudah sempurna atau masih ada yang mau diubah-ubah lagi?

Abi: Belom, belom sempurna.

Smita: Tapi buat dibawain live udah seru sih.

Ratta: Yang “Waiting” udah kita buat setahun atau dua tahun lalu bahkan. Itu transisinya belom ada. Pokoknya masih ada kemungkinan berubah.



Image from rollingstone.co.id

Kenapa lagu-lagu bedchamber tidak masuk ke iTunes, Spotify, JOOX, atau yang lain?

Smita: Nggak ngerti masukkinnya gimana hahaha.

Kenapa lebih pilih format CD dibandingkan kaset?

Ratta: Gue lebih pilih CD karena artwork-nya lebih gede, kalau bisa vinyl sih vinyl. Yang kedua lebih fleksibel sih.

Smita: Lebih terjangkau sama khalayak juga sih.

Album kemarin dicetak berapa keping?

Ariel: 500 keping.

Abi: Dan sold out.

Ratta: Gue kaget sih, kita jual EP itu 35.000, terus kemarin di Record Store Day ada yang jual lagi dengan harga 300.000.

Berarti demandnya tinggi, kenapa tidak cetak CD lagi?

Ratta: Itu udah rilis dua tahun lalu dan kita nggak mau terlalu nyaman di “Perennial EP”.

Abi: Nanti jadinya Post Power Syndrome lagi “nih kita punya “Perennial EP” nih”. Kita nggak pengen kaya gitu.

Kemarin kenapa bisa kepikiran split dengan Cotswolds?

Ratta: Karena Cotswolds keren.

Abi, Smita: That’s it.

Ada kendala karena beda-beda kampus?

Smita: Ada! Gue selalu mengacaukan schedule mereka karena kampus gue paling jauh sendiri. Misalnya gue selalu nggak bisa kalau ada apa-apa, terus hari ini gue nggak bisa sound check.

Kuliah kalian kan basic-nya design, yang artinya waktu luangnya akan sedikit. Kalian yakin tidak masih bisa produktif untuk bedchamber?

Smita: Gue lagi magang sekarang, jadi udah ada gambaran. Di kantor gue ini kebetulan ada banyak anak band, jadi ujung-ujungnya juga bakal jalan dua-duanya.

Ariel: Iya jalanin aja lah.

Smita: Karena kita ngelakuin ini karena suka, bukan dianggap kerjaan, kita jadi nggak merasa mesti kaya “Ini side-job gue, gue harus mendahulukan ini.”

Ratta: Kita pasti akan jaga diri kita untuk balance sih.

Smita: Iya, balance yang penting.



Image from cargocollective.com

Kenapa pilih Kolibri Rekords sebagai label?

Abi: Karena kita Kolibri! Hahaha.

Ratta: Kita merasa kalau band kita cukup banyak mau, terutama dari visual aesthetic kita ngejaga banget apa yang bedchamber dan apa yang nggak bedchamber. Kurang lebih kaya gitu, dan kita udah punya gambaran mau di-package kaya gimana band ini. Kita merasa akan jauh lebih mudah kalau itu bisa kita kerjain sama orang yang udah tau banget kita, yaitu Daffa (A&R Kolibri, red.). Jadi karena Kolibri juga separuhnya milik kita, kita ngerasa kita bisa express idealism kita di situ.

Roster Kolibri favorit kalian siapa?

Ratta: Kaveh Kanes!

Ariel: Favorit gue Atsea dan Low Pink sih.

Abi: Kalau gue sih paling suka Gizpel ya, karena unik aja.

Smita: Kalau untuk sekarang ini sih Low Pink, karena mereka kaya beda sendiri gitu.

Band yang sering kalian dengerkan akhir-akhir ini?

Abi: Kalo gue Best of L’arc en Ciel.

Ariel: Tiny Moving Parts yang baru.

Ratta: Porches yang Pool.

Smita: Heals yang Wave, setiap hari pasti gue dengerin.

Harapan untuk bedchamber ke depannya dan harapan untuk skena lokal?

Abi: Harapan kita adalah semoga semua harapan kita tercapai. Kalau buat skena sih semoga semuanya bersatu, nggak ada gap antar genre atau aliran, terus memajukan musik tanah air ke ranah yang lebih luas lagi. Kalau bisa go international.

Ratta: Kalau harapan gue semoga koneksi antar band-band Asia Tenggara lebih kuat. Alesannya karena Indonesia tuh banyak banget band, tapi ya itu itu aja yang muncul. Di Singapur dan Thailand koneksi antar band-bandnya lebih kuat daripada di Indonesia, ini yang lagi coba dibangun sama Indra Amenk melalui Rrrecfest segala macem.